Manusia dan Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhar yang artinya menahan atau menangung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan dan lain-lain.
2. Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.
3. Kekalutan Mental
Penderita
kekalutan mental dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental,
secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai
gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan
yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang
wajar.
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
- Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
- Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
- Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rokhaninya.
- Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah, pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan justru cepat memecahkan.problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
- Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
- Kepribadian yang lemah, akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan manghancurkan mentalnya.
- Terjadinya konflik sosial budaya, akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
- Cara pematangan batin, yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie.
- Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup.
- Negatif : trauma yang dialami diperlarutkan atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Cara pembebasan
dari penderitaan ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam
lingkungan, masyarakat sekitar,dengan waspada, dan disertai do’a kepada
Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Setiap manusia pasti
mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah
bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah
kapada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu
semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali.
5. Penderitaan, Media Massa dan Seniman
Bagi media masa
dan seniman penderitaan dibuat melalui karya sastra yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat sehingga ikut merasakan penderiaan
tersebut. Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi
penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan
teknologi dan sebagainya.Penderitaan yang terjadi di seluruh dunia
merupakan salahs atu obyek sasaran media massa untuk membuat
berita,kemudian akan sampai ke seluruh penjuru masyarakat termasukpara
seniman yang kemudian akan mengapresiasikan rasasimpatinya melalui karya
seniMedia masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
6. Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
sebab-sebab timbulnya penderitaan dapat diperinci sebagai berikut :- Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
- Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitamya.
- Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat mempetbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir, Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.Karena perbuatan buruk antara sesama manusia maka manusia lain menjadi menderita
7. Pengaruh Penderitaan
Orang yang
mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh\ reaksi
bermacam-macam dari sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif dapat berupa
penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh
diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap antiSikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti
Sumber:
0 comments:
Post a Comment